Selasa, 06 Juli 2010

Rumah di atas daun


Aku menyebutnya begitu, rumah yang tenang dan damai, hawa kesejukan menyeruak dari tiap sudutnya. Hampir seluruh bangunannya terbuat dari kayu, juga pernak pernik di dalamnya. Ruang tamu tanpa big sofa, sengaja begitu. Hanya ada sebuah Aquarium dibawah lantai di tengah ruang tamu, dan sebuah meja kecil di atasnya sebagai tanda agar orang-orang tidak menginjaknya. Diantara ikan-ikan hias yang ada di dalamnya ada satu ikan favorit yang kuberi nama Nobita. Ikan koki bulat yang ketika aku membelinya berwarna merah dan entah kenapa sejalan hari mengubah warnanya menjadi putih, ikan yang tak banyak bergerak, hanya sesekali menampakkan dirinya dari balik karang mungil yang kuhias dipojok aquarium lantai itu. Dan di pojok ruangan ini juga duduk anggun rak pajangan dari kayu, diatasnya berjejer pernak pernik kesukaanku.

Ruang tengah juga kosong, hanya ada rak TV disitu, dan dua buah bantal besar tergeletak manis di atas karpet merah hati yang tergelar di depan TV. Sebuah lukisan kupu-kupu terpajang indah di salah satu dindingnya. Di salah satu pojoknya terdapat rak buku yang memajang semua koleksi buku kesukaanku. Mulai dari komik, karya sastra sampai beraneka resep masakan. Ruang ini terbuka dengan ruang makan dan pantry yang sengaja kugabung. Hingga aku tetap bisa berinteraksi dengan orang-orang di ruang keluarga ketika sedang asyik memasak di dapur, mencoba salah satu resep dari buku resep masakanku.

Kamarku berada di lantai atas. Kamar yang cantik dengan balkon mungil, tepat berada di atas taman samping rumah. Dari balkon ini aku biasa duduk berlama-lama memandang bintang jika malam datang. Malam yang melarutkanku dengan gemericik air terjun mungil dari pojok taman yang tampak jelas setiap lekuknya dari tempat aku berdiri. Di tengahnya sebuah kolam kecil yang menampilkan duplikat langit ketika aku menunduk.
Hm...amazing..!
Indahnya lukisan alam...Maha Karya segala Maha..

Rumah yang hijau, itu pasti. Dengan pekarangannya yang luas. Dengan bunga beraneka warna yang tertata rapi di taman halaman depan. Dan sebatang pohon mangga di sudut halaman belakang, juga ilalang yang tumbuh liar, tak harus kucabut. Karena dengannya aku ingin berbagi hidup, karena dia juga ingin hidup dan memberi warna dunia begitu juga aku. Salah satu pojok dari rumah di atas daun. Aku menyebutnya ladang ilalang. Di atas pohon mangga itu bertengger sebuah rumah pohon yang mungil. Beratapkan ilalang yang mengering dari ladang ilalangku, yang merembeskan basah ketika hujan tiba..dengan begitu ia tetap memberi manfaat meskipun daunnya telah mengering. Di pojok lain belakang rumah, ladang kecilku menghijau berisikan aneka sayuran dan pohon buah. Di tengahnya ada rumah gubuk dan sebuah kolam berisikan ikan mas dan gurami.

Hm..tiada lelahku menyusuri setiap pojok-pojok rumah di atas daun. Ada kalanya aku akan mengurung diri di rumah pohon,melanjutkan tulisanku yang tak pernah selesai. Di lain waktu, mungkin aku akan menyepi di rumah gubuk, memandang ilalang yang tumbuh semakin liar saja. Biarkan saja, dia hanya sedang tumbuh.

Sesekali mungkin aku akan mengajakmu memancing ikan bersama, atau kau yang memancing ikan sementara aku memetik sayuran. Dan berikutnya kita tinggal menyalakan api di dalam tungku rumah gubuk, dan kita lahap memakan ikan bakar sambil memandang bunga bougenville yang selalu berbunga. Salah satu pojok pavoritku di rumah di atas daun. Kebun bunga aneka warna. Dan lihatlah..mawar itu tampak menakjubkan, kuncupnya sebentar lagi merekah..dan anggrek yang bergelantungan di plafon samping rumah kita, tak kalah menariknya. Dan jejeran aglonema di atas rak kayu yang tersusun rapi di teras belakang rumah di atas daun.

Setiap pojok rumah ini, penuh makna, dengan warnanya sendiri. Setiap pagi matahari menyinarinya merata, meresapkan sinarnya pada setiap pojok rumah di atas daun. Kehangatan selalu terpancar dari setiap ruang, segar menyejukkan dari sirkulasi udara yang keluar masuk dari ventilasi yang selalu kubiarkan terbuka.

Dan ketika senja tiba, aku melenakan tubuhku di halaman belakang, selonjoran di atas pelanta di pinggir kolam ikan, memandang jingga di kaki langit ketika matahari beranjak turun bersembunyi di balik bukit. Sesekali gemeletak ikan-ikan di dalam kolam mengepak air, mengiringi matahari yang pulang. Malam pun perlahan menurunkan sayapnya seiring azan magrib berkumandang.

Begitulah rumahku, rumah di atas daun, rumah cantik dalam istana hayalku. Didalamnya aku bisa melakukan apa saja, setiap sudutnya memanjakanku dalam kesejukannya. Rumah yang selalu kudatangi ketika lelah menghampiri, dan kupulaskan diri di dalamnya.

2 komentar:

  1. Rumah yang indah dan nyaman, bolehkah aku berkunjung untuk sekedar melepaskan lelah...?

    Kunjungan balik, nice post.... :)

    BalasHapus
  2. tentu saja..:)..tq udh brkunjung..lam knal y..

    BalasHapus