Kamis, 16 Desember 2010

Yang terluka



ada butiran mengalir
ketika kueja namamu dalam doaku
Seingatku cukup lama kita berdiam
Aku tak sadar, kau pun tak sadar
Betapa waktu telah menjarah
derai tawa kita, berbungkus kehangatan
dalam kicauan burung hinggapi reranting
Di belakang rumah kita, disela kabut gunung
Yang perlahan turun hinggap di daun

Tak pernah kulupa
Di punggungmu aku bergayut,
Melalui jalan setapak yang licin
Yang setiap hari kita lewati
Menuju pancuran yang bergemerincing bening
Di celah bukit, dikala matahari turun
Mengintip dibalik celah-celah rindang pepohonan
Dan gigi kita gemeretak menahan dingin
Sebentar lagi senja akan memasuki sunyi

Denganmu aku berlari
menangkap kupu-kupu
Yang selalu saja
Ramai mendatangi kebun bunga
Di depan rumah kita
Seingatku, begitu ceria wajahmu
Meski sering kucuri jatah bermainmu
Dengan segala keegoanku
Tak ada keluhmu, meski terikat di pohon jambu
Semua karena kenakalanku
Masih jelas kuingat garis senyum
Melingkar di wajahmu, dan mata yang berbinar itu

Tapi kini, wajahmu murung tak berbinar
Bola matamu dingin, diam tak terbaca
Tanpa semangat, mengubur harapan
Mulutmu terkunci, diam seribu bahasa
layu tubuhmu menyimpan gumam
entah apa gerangan

Wahai, katakanlah kepadaku, aku masih adikmu
seperti apakah luka yang memerih di jantungmu
Bukan karena cinta tentunya
Mungkin karena putus asa
Kehilangan percaya diri, kehilangan pegangan

Aduhai dengarkanlah kata-kataku, karena aku adikmu
cobalah engkau raih, dari lubuk jiwa paling dalam
Iman....


----------**********------------
Untukmu Abang
Teriring doa dan larik hatiku yang memerih
Selamat Ulang Tahun
Semoga Rahmat Allah selalu menyertaimu
Menyusupkan cintaNya ke dalam dadamu..
di setiap helaan nafasmu

Pku, 16/12/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar