Selasa, 08 Juni 2010

Aku benci mengatakan aku benci


Mungkin itu kata yang tepat kukatakan saat ini, karena sesungguhnya aku merindukanmu. Aku rindu bergayut di pundakmu, aku rindu tertidur pulas di pangkuanmu. Dan aku rindu perlindunganmu ketika ketenanganku di usik. Sampai kau menghantarku pada ketidakmengertian, akan sebuah kepergian, disaat aku sedang asyik berputar dan menari.

Aku selalu bertanya pada hari-hari, kemana semuanya pergi. Mengapa harus ada tragedi. Sampai aku berhenti bertanya karena pada akhirnya aku lelah sendiri, tak ada jawaban. Kemudian aku pun memilih diam, menyisir batang-batang hari di atas kakiku sendiri, tanpamu.

Sekelebat waktu, begitu lamban bagiku. Mengusik daun-daun kenangan, menjarah mimpi-mimpiku tentang indahnya pelangi, dan aku telah sampai pada hari ini dan mendapati diriku sepi dalam bingkai tak berbentuk. Tak ada warna yang kau tulis dilangkahku. Yang menguatkan aku menantang matahari.

Sepanjang hari aku berlari, tak peduli. Ku pungut setiap rindu dan kulempar jauh, ku pungut lagi dan kulempar lagi begitu ia kembali. Kuteriakkan aku benci padamu, aku benar-benar membencimu. Dan aku juga benci mengatakan aku membencimu. Kau ciptakan bulan yang suram untukku. Kau rengkut matahariku setiap hari, menggantinya dengan coretan buram yang tak harus kurekam dalam benakku. Tapi semuanya telah memenuhi hari-hariku, yang mengukir sebuah tanya dihatiku, untuk inikah kau inginkan kelahiranku? Sebuah amanah yang harusnya terpelihara baik. Lalu dimana engkau pada saat aku membutuhkanmu.?

Dan kini, ketika aku terbiasa tanpamu. Walau tak menghapus namamu dalam doaku, haruskah aku bahagia, ketika engkau mengatakan rindu dan ingin bertemu denganku? Tidak..! aku tidak bahagia yang ada hanya pilu. Mencabik hatiku yang telah terbiasa rapi tanpamu. Dan aku sungguh benci mengatakan aku benci padamu. Sama seperti aku benci mengatakan aku mencintaimu. Meski sesungguhnya aku mencintaimu, aku merindukanmu. Meski terus kupungut dan kulempar jauh. Selalu saja ia kembali memenuhi setiap aliran darahku, dan aku tau takkan pernah terputus karena darahmu mengalir dalam tubuhku. Tapi mengapa tak kau rasakan sebagian darahmu hilang bersamaku, mengapa tak pernah kau rasakan hatiku berdegup dalam pertarungan melawan setiap perih, mencabuti duri-duri yang menusuk telapak kakiku. Dimana engkau setiap aku membutuhkanmu.? Sungguh aku benci mendengar engkau mengatakan rindu, sama seperti aku benci mengatakan aku rindu padamu..

Diantara cinta, benci dan rindu, dimanakah aku bediri. Aku juga tak tau. Tapi telah kuputuskan aku tidak berada dimana-mana. Aku tetap disini, di hari-hariku. Berbuat semampuku. Bertahan semampuku. Dengan sebuah kata terakhirku, sesungguhnya aku tak pernah mampu membencimu, meski aku sungguh ingin membencimu.


Pku, 08/06/10
22.45 wib

2 komentar: