Tiba-tiba saja aku teringat kita, melongok kembali hari-hari lalu, kujelajahi setiap sudut memori dalam kenangan yang direkam baik oleh otakku. Kau dan aku bertemu di suatu ujung masa, dalam catatan hari-hari dengan seonggok cita-cita yang kita belum jelas warnanya, menapak hari-hari dalam tawa, bukan tidak ada masalah di hari-hari kita, tapi karena itu sudah menjadi biasa untuk kita. Kemudian waktu menggiring kita berjalan seirama, bersama memandang matahari, dan beriringan berjalan dibawah cahaya bulan. Terkadang kita jadi pribadi yang manis, meski sering juga usil mengusik, menghentak hati kita yang jujur.
Ah..aku jadi tersenyum sendiri mengingat kenakalan kita. Ketika kita menggigil pucat hanya karena mencuri sebatang coklat di sebuah pusat perbelanjaan ketika tiba-tiba saja listrik padam. Begitu takutnya kita, padahal tak ada yang melihat, dan yang kita ambil juga hanya sebatang coklat yang harganya belum mencapai Rp. 200. Bukan karena kita tidak punya uang waktu itu, tapi karena kita ingin merasakan bagaimana rasanya jadi pencuri. Dan kita tau, betapa mendebarkan waktu itu, seolah kita telah mencuri trilyunan rupiah. Kamu ingat..? kita sama tertawa terbahak seolah merayakan keberhasilan kita, atau lebih tepatnya menertawakan diri kita yang sama-sama pucat dengan sebatang coklat di tanganmu dan sebuah permen di tanganku. Sepanjang jalan kita terus berceloteh dan tertawa. Menertawakan betapa beraninya kita sekaligus betapa takutnya kita.
Hari-hari kita pernuh warna, gerutu kekesalan yang kau bawa dari luar sana, dan aku menjadi tong sampah, menampung semua amarahmu tentang mereka dengan suara gemuruh mulai dari engkau membuka pintu sampai engkau terduduk diam disampingku dan kemudian kita terbahak bersama. Dan pada hari berikutnya, aku juga melalukan hal yang sama, dan kali ini engkau menggantikan posisiku sebagai tong sampah dan kembali kita tergelak bersama. Aku tau, dan engkau tau, kita tak kan pernah lupa setiap detik waktu yang kita lalui bersama.
Kau dan aku terus bersama, tak ada rahasia diantara kita, meski pernah suatu masa kau sembunyikan luka dariku, dan betapa bodoh dan butanya hatiku waktu itu sehingga tak merasakan sedikitpun perubahanmu, luka dimatamu. Meski telat kutau, dan kemudian kita menangis bersama dan kuambil separoh luka itu. Tak harus kukatakan tapi aku juga terluka dengan lukamu. Aku tak punya kata-kata manis untuk menghiburmu, tapi mata dan hatiku yang memerih cukup mewakili betapa aku ada disini, di sampingmu. Bersama lukamu. Dan kita akan kuat bersama.
Waktu semakin mengokohkan kita, perasaan kita, selalu berbagi, kau mengenalku lebih dari siapapun, begitupun aku. Tak pernah kita ungkapkan itu. Hanya hati yang bicara. Sejauh apapun jarak kemudian memisahkan kita, pada saat-saat tertentu kita akan kembali berbagi meski diantara ruang dan masa. Kau menangis aku diam mendengarkan, begitupun sebaliknya. Aku terjatuh kau menguatkan, begitupun sebaliknya. Kita selalu berbagi kekuatan.
Kita bahagia bersama, sedih juga bersama, tapi hari ini kau simpan lukamu sendiri. Meski tak kau katakan, aku tau, aku merasa. Aku gundah dalam gundahmu, aku gelisah menanti air matamu. Tak ada yang bisa kukatakan. Aku ingin yang terbaik untukmu, aku inginkan kebahagiaanmu. Banyak sisi hidup yang belum kita pahami. Cinta datang dan pergi tanpa kita kehendaki, sebenarnya kita ingin, tapi pada saat yang sama kita dihadapkan pada pilihan. Dan apapun itu, hanya sebuah perjalan yang sudah dirancang sang penguasa alam. Betapapun kita menolak, semua akan berjalan sesuai ketetapanNya. Dan betapapun kita berkehendak, hanya mendapati keletihan jika Dia tidak berkehendak. Semua akan berjalan menuju ujungnya, menuju arahnya. Kita hanya menjalani dan melakoni peran ini sekarang. Lakukan saja, jalani saja. Karena dengan begitu kita akan menemukan jawabannya. Dan jika semua ini bukan pilihan, waktu akan menuntunmu padanya. Dengan senyum merekah, hari yang penuh berkah. Semua akan berjalan sesuai rancanganNya melalui proses panjang hingga waktu yang sudah ditetapkanNya. Semua akan indah pada waktunya.
Apapun yang terjadi saat ini, aku selalu disini, untukmu. Dan aku tau kau tak ragu soal itu. meski tak bisa kutatap wajahmu malam ini, tapi kutuliskan ini untuk mewakili aku tak bisa tidur malam ini untukmu.......
Pku, 4/6/10
01.30 wib...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar